Berita / 09-Dec-2023
DS (43), ayah korban, mengatakan kejadian itu terjadi pada Februari 2023. Bahkan dia dan sekolah telah mencoba melakukan mediasi, tetapi tidak berhasil karena tidak menemukan solusi untuk masalah anaknya.
Ini terjadi pada Februari 2023 lalu. Saat dikonfirmasi pada hari Rabu, 11 Januari 2023, DS menyatakan, "Kami bahkan membuat rekaman video agar mudah dipahami untuk kami koordinasikan ke kepolisian bahwa menyatakan kenyataannya itu didorong oleh dua orang, jika menurut pengakuan anak saya dan telah diverifikasi oleh psikolog di dinas perlindungan anak.
Menurut DS, keluarga awalnya merasa pasrah dengan alur cerita yang diceritakan oleh anaknya NCS: NCS datang dari toilet ke kelas dan melihat teman-temannya saling tarik-tarikan di kelas; NCS mencoba membantu satu temannya, tetapi dia tersandung dan jatuh, membuat tangannya patah. Namun, kronologi tersebut hanyalah perhitungan guru kelasnya.
Setelah beberapa kali DS curiga dengan kronologi yang diceritakan putranya, NCS baru berani menceritakan kejadian sebenarnya setelah anak itu mengungkapkan pengakuan sebenarnya, yang membuat DS terkejut.
DS sempat pergi ke sekolah swasta di mana NCS belajar, tetapi upaya mediasi tidak berhasil. Pada akhirnya, pada 16 Oktober 2023, DS secara resmi melaporkan kepolisian tentang apa yang menimpa anaknya. Sebagai keluarga, hati kita hancur saat tahu awalnya itu kecelakaan, tapi akhirnya diketahui bahwa itu kesengajaan. Sayang sekali, intimidasinya itu bukan hanya dari anak-anak, tetapi juga dari guru dan kepala sekolahnya.
Sebelum anaknya dibawa ke rumah sakit, ayah korban mengatakan bahwa NCS diminta untuk menceritakan urutan dugaan perundungan, yang sesuai dengan yang diceritakan oleh guru dan kepala sekolah. Pihak sekolah melakukan dugaan intimidasi terhadap siswa kelas 3 SD pada saat yang sama. di mana korban diminta untuk menahan diri untuk tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padanya.
Anak saya, yang mengalami trauma berat, menderita patah tangan dan patah tulang hingga tulangnya terbalik. Dia dibawa ke ruangan UKS bersama pelaku dan temannya itu, dan gurunya mengintimidasi dia dengan memberi tahu dia berbohong apa yang harus dilakukan. DS menjelaskan bahwa gurunya meminta agar dia tidak mengatakan yang sebenarnya. Dia mengatakan bahwa anaknya dirawat di sebuah rumah sakit swasta di Kota Sukabumi selama sekitar satu bulan sebelum akhirnya pulih dan kembali ke sekolah. Ketika anaknya pulih dan kembali masuk sekolah, intimidasi terus berlanjut.
NCS hampir setiap hari ditanya tentang rahasia yang tersimpan antara mereka dan instrukturnya yang merekayasa peristiwa tersebut. "Adapun selama sehari-hari di sekolah anak saya, guru-guru dan kepala sekolah anak saya itu mengintimidasi dengan cara memastikan bahwa anak saya tidak bersuara (kejadian sebenarnya)."
Meskipun telah mencoba berbagai cara mediasi, DS tetap tidak puas dengan bagaimana Dinas Pendidikan dan pihak sekolah memperlakukannya. Akhirnya, dia melaporkan kepada polisi tentang pelecehan dan intimidasi yang dialami anaknya. Menurut AKP Yanto Sudiarto, Kasus Reskrim Polres Sukabumi Kota, keluarga korban telah melaporkan peristiwa tersebut dan polisi masih menyelidiki kasus tersebut.
"Terkait kekerasan yang kita terima laporannya dari pihak keluarga korban, kami dari Sat Reskrim Sukabumi Kota telah menerima laporan polisi pada tgl 16 oktober dan sekarang sedang kita tangani dalam proses penyelidikan," ujar Yanto.
Satreskrim Polres Sukabumi Kota telah melakukan pemeriksaan kepada beberapa saksi, termasuk saksi korban, pihak sekolah, dan teman-teman korban, sebelum melanjutkan penyelidikan. "Sudah memeriksa beberapa orang saksi, baik dari korban, pihak sekolah, maupun teman korban menurut hasil penyelidikan dan informasi dari pihak korban yaitu kejadiannya pada bulan Februari 2023 di Sekolah.
Picture Source: Daerah – SINDOnews.com
© by DuniaDataDigital