Orang Tua Harus Mengetahui Risiko Gadget pada Anak

Kesehatan / 20-Dec-2023




Dr. Karmelita Satari, Sp.M(K), ahli kesehatan mata dari Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, mengungkapkan efek negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan perangkat elektronik pada anak-anak. Menurut dokter dari Universitas Padjadjaran itu, fitur perangkat yang cepat dapat membahayakan pertumbuhan anak.

Alat ini sangat cepat berubah dan belum dipelajari secara menyeluruh, sehingga individu yang menggunakannya biasanya dangkal dan superfisial. Karmelita Satari mengatakan kepada Pikiran Rakyat di Sentra Wyata Guna, Bandung, pada Ahad, 17 Desember 2023, bahwa dia ingin instan dan ingin cepat.

Dokter yang melakukan penelitian tentang penglihatan yang buruk di Komunitas Orang Buta Hong Kong mengungkapkan fase pembelajaran normal balita saat beraktivitas, mengatakan, "Belajar itu jika dia normal penglihatannya, normal semuanya, itu dari melihat, mendengar, dan merasa." Dia mengatakan, "Itu kan pelan-pelan, bermain, eksplorasi natural, jadi bermain untuk anak-anak itu belajar, bermain untuk anak-anak itu bekerja." Budaya instan ini membuat orang menjadi dangkal.

Dia menyatakan bahwa perangkat yang diberikan orangtua kepada anaknya tidak berfungsi sebagai penenang. Dia percaya bahwa pencahayaan, kecepatan, dan suara yang dihasilkan oleh perangkat bukanlah dorongan alami.

Dia mengatakan bahwa dia akan menjadi kecanduan, yang merupakan hal yang paling tidak baik. Kecanduan itu, dia akan merasa kurang jika dia tidak melihat simulasi seperti itu setiap hari, dan kecanduan itu, untuk mendapatkan kesenangan yang sama, dia memerlukan dosis yang lebih tinggi.

Dia berpendapat bahwa ketika orang tua melarang anaknya menggunakan perangkat elektronik, mereka harus memberi mereka opsi tambahan. Dia mengusulkan agar orang tua lebih banyak berinteraksi dengan anak mereka. "Jika dilarang tanpa alternatif, tidak bisa. Jika dilarang, ada alternatif yang jelas, dan alternatifnya dipermudahkan." Dia berkata, "Baru bisa," dan menambahkan, "Untuk bapak-bapak dan ibu-ibu, orang tua, jadilah contoh dan jangan malas dan menomorduakan masa muda anak-anak, di mana otak dan emosi mereka masih berkembang hanya karena adanya pengganti palsu yang seolah-olah memudahkan kita sekarang, tetapi akan menyulitkan kita nanti."

 

Cara atasi kecanduan gadget pada anak Dilansir dari situs web Kementerian Kesehatan, ada sejumlah cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi dan mencegah kecanduan gadget pada anak. Berikut langkah-langkahnya:

 

  • Jadi contoh yang baik

 

Karena anak-anak adalah peniru ulung, orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka. Jika anak-anak sering melihat orang tua atau orang lain bermain perangkat elektronik sampai larut malam atau sambil makan, kemungkinan besar mereka akan meniru mereka.

 

  • Batasi dan awasi penggunaan gadget pada anak

 

Orangtua dapat memastikan bahwa anak-anak tidak mengakses konten terlarang saat mereka bermain perangkat elektronik; contohnya, mereka dapat membatasi waktu permainan anak-anak menjadi 1-2 jam setiap hari.

 

  • Bikin aktivitas menyenangkan

 

Merencanakan aktivitas lain yang menyenangkan untuk menarik perhatian anak adalah salah satu cara orang tua dapat mencegah anaknya kecanduan perangkat elektronik.

 

  • Tetapkan wilayah bebas gadget di rumah

 

Orang tua dapat menetapkan tempat di rumah yang tidak memiliki perangkat elektronik, seperti ruang makan, ruang keluarga, atau kamar tidur, di mana siapa pun tidak boleh menggunakan perangkat tersebut.

 

  • Edukasi

 

Mengedukasi anak-anak tentang bahaya penggunaan gadget terlalu lama dan terus menerus dapat membantu. Mereka dapat berbicara tentang risiko yang ditimbulkan, seperti obesitas dan masalah mata.

 

  • Beri mainan sesuai usia anak

 

Orangtua dapat mengalihkan perhatian anak dari perangkat ke mainan dengan memberikan mainan yang sesuai dengan usianya. Misalnya, mainan puzzle atau blok dapat diberikan kepada anak berusia 1-2 tahun. Selain itu, mainan untuk usia di atasnya juga dapat diberikan dengan tingkat kesulitan yang disesuaikan.

Picture Source: Hai Bunda


Program