Pendeta Bethlehem Menegaskan Bahwa Genosida Berlangsung di Jalur Gaza

Berita / 27-Dec-2023




Dalam ceramahnya, ia mengingatkan bahwa sudah 20 ribu orang tewas di Jalur Gaza, termasuk ribuan anak-anak. "Kita marah, kita hancur, ini seharusnya menjadi waktu kebahagiaan, tetapi kita malah berduka. Kita takut." Dr. Isaac mengatakan dalam video yang disebarkan Middle East Monitor pada Selasa (26/12/2023), "Lebih dari 20 ribu orang dibunuh, ribuan masih terkubur di reruntuhan, dan hampir 9.000 anak dibunuh dengan cara yang paling brutal."

Gaza yang kita kenal sekarang tidak ada lagi. Ia menyatakan bahwa ini adalah genosida dan penghancuran.

Sang pendeta juga menyoroti pihak-pihak yang mendukung serangan Israel, baik secara politik maupun keagamaan.

Dr. Munther menekankan bahwa memberikan pembayaran untuk serangan Israel adalah salah satu perlindungan finansial yang dia maksudkan. Selain itu, seperti yang diketahui, Amerika Serikat menggunakan kekuatan politiknya untuk memveto resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza.

Dr. Munther juga menekankan bahwa alasan teologis digunakan untuk serangan ini; contohnya, mereka menggunakan kitab suci untuk mendukung serangan terhadap pihak lain, seperti yang terjadi di Palestina.

Sejauh yang saya ketahui, umat Yahudi menganggap Palestina sebagai Tanah yang Dijanjikan.

Dr. Munther juga menegaskan bahwa meskipun terjadi serangan bertubi-tubi, Palestina akan bangkit. "Kita akan bangkit lagi dari tengah-tengah kehancuran seperti yang selalu kita lakukan sebagai rakyat Palestina, meski mungkin ini pukulan terbesar yang kita terima sejak waktu yang lama, tetapi kita akan baik-baik saja."

Dalam pesan Natal 2023, Paus Fransiskus memperhatikan Jalur Gaza. Pontifex juga berduka atas kematian bayi di Jalur Gaza. Lebih dari 20 ribu orang telah meninggal dalam perang di Gaza. 

Dalam pesan Natalnya pada Senin (25/12), Paus Fransiskus mengatakan bahwa anak-anak yang tewas dalam perang, termasuk di Gaza, adalah "Yesus-Yesus kecil masa kini" dan bahwa serangan Israel di sana menuai "panen mengerikan" warga sipil yang tidak bersalah, seperti yang dilaporkan VOA Indonesia pada Selasa (26/12).

Dalam pidato Urbi et Orbi (Kepada Kota dan Dunia) Hari Natalnya, Paus Fransiskus juga menggambarkan serangan militan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel sebagai tindakan "mengerikan". Dia juga mengulangi permintaannya untuk pembebasan sekitar 100 sandera yang masih ditawan di Gaza.

Dari balkon tengah Basilika Santo Petrus kepada ribuan orang di lapangan di bawahnya, ia sekali lagi mengecam industri persenjataan, mengatakan bahwa pada akhirnya, industri itu akan mengontrol "boneka perang".

Paus Fransiskus (87), yang merayakan Natal ke-11 dalam masa kepausannya ini, menyerukan penyelesaian konflik politik, sosial, dan militer di berbagai tempat, seperti di Ukraina, Suriah, Yaman, Lebanon, Armenia, dan Azerbaijan, serta membela hak-hak migran di seluruh dunia.

Di dunia kita, berapa banyak orang yang tidak bersalah yang dibunuh! Di rahim ibu mereka, kehidupan anak-anak itu dihancurkan oleh perang. Dia berkata, "Mereka adalah Yesus-Yesus kecil masa kini."

Dia fokus terutama pada Tanah Suci, termasuk Gaza, di mana serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 78 orang dalam salah satu malam paling mematikan di wilayah kantong yang terkepung itu setelah pertempuran Israel dengan Hamas selama sebelas pekan. "Semoga perdamaian tiba di Israel dan Palestina, di mana perang menghancurkan kehidupan orang-orang itu." Paus Fransiskus menyatakan, "Saya merangkul mereka semua, terutama komunitas Kristen Gaza dan seluruh Tanah Suci."

Selain itu, Paus Fransiskus menyatakan bahwa, "hatinya berduka atas para korban serangan keji tanggal 7 Oktober" dan sekali lagi mendorong pembebasan para sandera. Dia berkata, "Saya memohon diakhirinya operasi militer dengan panen korban warga sipil tak bersalah yang mengerikan, dan menyerukan solusi bagi situasi kemanusiaan yang menyedihkan dengan membuka penyediaan bantuan kemanusiaan."

Dalam sebuah laporan pekan lalu, sebuah organisasi yang didukung PBB menyatakan bahwa seluruh 2,3 juta orang yang tinggal di Gaza menghadapi krisis kelaparan dan bahwa kemungkinan bencana kelaparan meningkat setiap hari.

Vatikan, yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dan Otoritas Palestina, percaya bahwa satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik yang berlangsung lama di sana adalah melalui penyelesaian antara dua negara.

Paus Fransiskus menyerukan "dialog terus menerus antara para pihak, didukung oleh kemauan politik dan dukungan masyarakat internasional". Dalam satu paragraf pesannya yang didedikasikan untuk perdagangan senjata, Paus mengatakan, "Dan bagaimana kita dapat berbicara tentang perdamaian, kalau produksi, penjualan, dan perdagangan senjata sedang meningkat?" Dia juga meminta penyelidikan lebih lanjut tentang perdagangan senjata. "Ini harus dibahas dan ditulis, ujarnya.

Picture Source: Liputan6.com


Program